Rabu, 10 Februari 2010

PROBLEMATIKA MANUSIA ( PROBLEM SOLVING )

Sebuah Renungan

Ada sebuah ayat yang perlu direnungkan di dalam Al Qur’an yaitu :

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُون َ


Yang artinya :
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkanNya kembali. Kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan (akan kembali).( Q.S. Al Baqarah : 28 )

Proses Penciptaan

Manusia diciptakan dari setetes air nuthfah (mani/sperma) sesuai dengan ayat Al Qur’an yang berbunyi :



إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا ﴿٢﴾
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا ﴿٣﴾


2. Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.
3. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.



Dari pemahaman ayat diatas, kita mengetahui bahwa manusia diciptakan oleh Allah ‘azza wa jalla melalui perantaraan air nuthfah (mani/sperma). Ketika kita masih berupa setetes air mani, kita berlomba-lomba dengan sel sperma yang lain (di dalam tubuh seorang wanita) untuk berjuang agar dapat hidup. Menurut penelitian, setiap air mani yang memancar berjumlah ± 240 juta sel sperma (M. Husain Abdullah ; Mafahim Islam. ) Dari perlombaan/perjuangan menuju rahim, hanya satu sel sperma saja yang diberikan oleh Allah akan qodlonya (ketentuan Allah), kemampuan untuk masuk ke dalam rahim seorang ibu yang telah ditunggu oleh sel indung telur yang mana nantinya mereka akan bersatu dan terjadilah pembuahan. Nah dari proses itulah, nantinya yang akan menjadi cikal bakal makhluq hidup seperti kita sekarang ini.

هُوَ الَّذى خَلَقَكُم مِن تُرابٍ ثُمَّ مِن نُطفَةٍ ثُمَّ مِن عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخرِجُكُم طِفلًا ثُمَّ لِتَبلُغوا أَشُدَّكُم ثُمَّ لِتَكونوا شُيوخًا ۚ وَمِنكُم مَن يُتَوَفّىٰ مِن قَبلُ ۖ وَلِتَبلُغوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُم تَعقِلونَ ﴿٦٧﴾

Artinya : 67. Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (Q.S. Al Mu’min : 67)

Seperti yang sudah dimaklumi, bahwa ada beberapa fase kehidupan yang akan dilalui oleh setiap manusia yaitu :

- Fase awal yang sudah kita lalui yang disebut dengan alam rahim
- Fase yang telah/sekarang kita lalui yaitu alam dunia yang penuh dengan usaha, perjuangan dan pengorbanan
- Fase yang akan kita lalui nanti yang disebut dengan alam kubur/barzah
- Fase akhir yang nanti akan kita lalui, dimana fase ini adalah fase kehidupan yang terakhir yang akan dilalui oleh setiap manusia dan manusia akan mempertanggung jawabkan apa yang telah dikerjakan/diamalkan sewaktu hidup di alam dunia yang di dalam Al Qur’an disebut dengan alam akhirat.

Pada dasarnya, setiap bayi yang lahir ke alam dunia dalam keadaan fitrah (suci).Di dalam hadits dikatakan, orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Nasrani, Yahudi, Majusi dan lain sebagainya.(Mohon maaf bila tidak bisa menampilkan haditsx, karena keterbatasan referensi.) Jadi pada dasarnya, setiap makhluq yang terlahir ke dunia –dari rahim manapun (apakah Kristen, hindu, budha, bahkan konghucu sekalipun)- mereka terlahir sebagai sosok makhluq yang suci dalam arti “mereka mempunyai fitrah keimanan kepada Allah SWT”. Pembuktian ini bisa kita temukan di dalam Al Qur’an Surat Al A’raaf 172 – 174 :

وَإِذ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنى ءادَمَ مِن ظُهورِهِم ذُرِّيَّتَهُم وَأَشهَدَهُم عَلىٰ أَنفُسِهِمۚ أَلَستُ بِرَبِّكُم ۖ قالوا بَلىٰ ۛ شَهِدنا ۛ أَن تَقولوا يَومَ القِيٰمَةِ إِنّا كُنّا عَن هٰذا غٰفِلينَ ﴿١٧٢﴾ أَو تَقولوا إِنَّما أَشرَكَ ءاباؤُنا مِن قَبلُ وَكُنّا ذُرِّيَّةً مِن بَعدِهِم ۖ أَفَتُهلِكُنا بِما فَعَلَ المُبطِلونَ ﴿١٧٣﴾ وَكَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ َلَعَلَّهُم يَرجِعونَ ﴿١٧٤﴾


172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku (Allah) ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Benar (Ya Allah, Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

173. atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu[*]?"

174. Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).

* Maksudnya: agar orang-orang musyrik itu jangan mengatakan bahwa bapak-bapak mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan, sedang mereka tidak tahu menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah, tak ada lagi jalan bagi mereka, hanyalah meniru orang-orang tua mereka yang mempersekutukan Tuhan itu. Karena itu mereka menganggap bahwa mereka tidak patut disiksa karena kesalahan orang-orang tua mereka.

Namun dengan adanya pola perkembangan fisik yang akan diikuti dengan perkembangan mental, akan mulailah nampak perkembangan berfikirnya sehingga (dengan sendirinya) mulai bisa membedakan antara baik dan buruk atau terpuji dan tercela menurut ”persepsi dan pemahamannya secara umum”. Hal ini akan ditandai dengan masa statusnya yang bukan lagi seorang anak-anak, tetapi sudah mulai menginjak usia remaja yang ditandai dengan perubahan pada dirinya yang lazim disebut Pubertas (aqil baligh) atau dalam istilah “modern” disebut istilah ABG (Anak Baru Gede) bukan “anak babe gue”

Ada sebuah prediksi, tahap proses perubahan sesuai dengan jenjangnya secara umum yaitu :

- Penglihatan/pendengaran (perubahan diikuti dengan cara melihat dan mendengar)
- Pemikiran (melalui proses berfikir)
- Perenungan ( melalui tahap perenungan)
- Penghayatan (dihayati lebih dalam)
- Pengkhidmatan (dikhidmati/diniatkan)
- Pelaksanaan (memulai proses pelaksanaan)

Permasalahan

Pada usia remaja, adakalanya mulai tampak keinginan untuk mencari jati diri, dimana mulai terlintas di hatinya atau di benak pemikirannya akan sebuah pertanyaan ‘untuk apa ia hidup’. Namun dengan adanya faktor-faktor yang menghilangkan konsentrasi itu, maka pertanyaan tersebut akan dianggapnya sebagai angin lalu dan dilupakan.

Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak diantara manusia pada usia remaja ingin mendapatkan jawaban akan pertanyaan itu, sehingga secara sadar ataupun tidak, mau tidak mau mereka harus menemukan jawaban itu walaupun sesaat dan drastis. Sehingga banyak diantara mereka yang menemukan jawaban tersebut dengan melihat keadaan dan kondisi disekitar mereka saja (dengan berfikir pragmatis). Dengan begitu terjawablah pertanyaan tersebut dengan gambaran tingkah lakunya sehari-hari.
Namun tidak sedikit diantara mereka yang mempunyai pemikiran yang diemban atau figure yang diikuti. Maka mereka secara tidak langsung akan mengikuti sebuah pemikiran tersebut atau obyek yang difigurkan dan akhirnya obyek tersebut akan menjadi figuritas (yang diidolakan) atau menjadi sebuah bahan pemikiran yang pada akhirnya akan menjadi idola dan atau mengemban pemikiran tertentu dalam kehidupannya.

Olleh karena itu setelah diteliti, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan pada diri manusia antara lain :

1. Keluarga (sebuah pendidikan)
2. Lingkungan masyarakat sekitar
3. Teman sepergaulan/akrab
4. Pendidikan di Sekolah
5. Hadlarah (sebuah peradaban)/Budaya luar(asing)


Nah didalam faktor yang terakhir inilah adanya sebuah obyek figuritas atau sesuatu pemikiran tertentu, baik berupa figure yang dijadikan teladan/panutan (idola) atau sebuah pemikiran yang diemban, yang akan merubah dirinya sehingga ia akan mempunyai pola fikir dan pola sikap sesuai dengan oybek figuritas tersebut atau sesuai dengan pemikiran yang ia emban dalam aktifitas kegiatannya, dan inilah yang terjadi pada saat ini.

SOLUSI

Oleh karena itu, pada saat manusia menginjak dewasa yang ditandai dengan kematangan dalam berfikirnya, harus ada pada diri manusia sebuah proses berfikir yang benar sehingga akan menimbulkan kebangkitan pada dirinya dan tidak mudah terpengaruh dan terpedaya oleh sesuatu yang datang dari luar yang justru menjerumuskannya di bawah derajat kemanusiaan. Allah SWT berfirman dalam sebuah ayat-Nya :

وَلَقَد ذَرَأنا لِجَهَنَّمَ كَثيرًا مِنَ الجِنِّ وَالإِنسِ ۖ لَهُم قُلوبٌ لا يَفقَهونَ بِها وَلَهُم أَعيُنٌ لا يُبصِرونَ بِها وَلَهُم ءاذانٌ لا يَسمَعونَ بِها ۚ أُولٰئِكَ كَالأَنعٰمِ بَل هُم أَضَلُّ ۚ أُولٰئِكَ هُمُ الغٰفِلونَ ﴿١٧٩﴾


Artinya : 179. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai (seperti) binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat (rendah) lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (Q.S. Al A’raaf : 179)

Dan di dalam ayat-Nya yang lain, dengan indah Allah SWT menerangkan :


إِنَّ فى خَلقِ السَّمٰوٰتِ وَالأَرضِ وَاختِلٰفِ الَّيلِ وَالنَّهارِ وَالفُلكِ الَّتى تَجرى فِى البَحرِ بِما يَنفَعُ النّاسَ وَما أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّماءِ مِن ماءٍ فَأَحيا بِهِ الأَرضَ بَعدَ مَوتِها وَبَثَّ فيها مِن كُلِّ دابَّةٍ وَتَصريفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحابِ المُسَخَّرِ بَينَ السَّماءِ وَالأَرضِ لَءايٰتٍ لِقَومٍ يَعقِلونَ ﴿١٦٤﴾

Yang artinya : 164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(Q.S.Al-Baqarah:164)

Demikianlah, Allah SWT menyuruh kita untuk mempergunakan pemikiran kita untuk memahami ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla. Walhasil, pemikiran yang jernih dan cemerlanglah (yang sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah) yang akan menjadi landasan berfikir yang akan menghasilkan pemikiran yang mendasar, menyeluruh dan mendalam tentang hakekat segala sesuatu. Dan akhirnya akan terpecahlah seluruh problematika manusia, sehingga mereka bukan hanya akan mengalami kebangkitan, namun juga akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Wallahu a’lam bish shawab


By : Febry ar Rasyid



Tidak ada komentar:

Posting Komentar